FESTIVAL SENI DI UNSIKA DIHADIRI WAKIL BUPATI KANG JIMMY GKM


TELUKJAMBE TIMUR, RAKA – Wakil Bupati Karawang Ahmad Zamakhsyari membuka Festival Budaya Unsika yang diselenggarakan di lapangan kampus Unsika, Jumat (15/11).
Dalam sambutannya, dia menyanyangkan kegitan tersebut diadakan di lingkungan kampus yang tidak dapat dinikmati oleh masyarakat umum. “The next, peringatan kebudayan Unsika seperti ini saya minta jangan diselenggarakan di dalam kampus, lebih baik diselenggarakan di mal,” ungkapnya.
Meski begitu, dia tetap mengapresiasi BEM Unsika yang telah bersusah payah menyelenggarakan kegiatan seperti ini. Menurutnya, Festival Budaya Unsika ini memberikan investasi peradaban sejarah, sebab dengan budaya hidup akan lebih terarah dan beragam. Ia juga memaparkan sekilas kekuatan budaya di Karawang yang didominasi oleh tiga sumber, yakni buhun dengan adanya kerajaan Tarumanagara yang peninggalan budayanya berupa kebiasaan masyarakat Karawang melakukan hajat sebelum bercocok tanam. Selanjutnya etnis Tionghoa, dengan peninggalan budayanya berupa Klenteng Agung di Tanjungpura dan Islam dengan adanya Syech Quro yang pertama kali melantunkan Alquran di tanah Jawa. “Kamu datang ke Karawang sama dengan kamu harus sipa dengan melestarikan budaya-beudaya kita tercinta ini,” pungkasnya.
Ketua BEM Unsika Nur Rikza mengatakan, latar belakang diadakannya festival ini adalah karena mahasiswa Unsika saat ini cukup heterogen. Mereka tidak hanya datang dari Karawang dan sekitarnya, melainkan dari 26 provinsi di Indonesia. Dengan konsep yang mengkombinasikan antara tradisi dan modernisasi, dia berharap budaya tidak lagi monoton dan dapat lebih menarik minat mahasiswa. “Kalau hari ini kami tidak memunculkan budaya Karawang, tentu mereka akan bingung apa budaya Karawang sesunguhnya. Maka saat ini kami munculkan dalam ruang kampus,” paparnya.
Festival Budaya Unsika tahun ini merupakan pegelaran yang kedua kalinya, salah satu kegiatannya adalah lomba arasemen musik tradisional yang dipadukan dengan berbabagai jenis musik modern, agar musik Sunda dapat diterima oleh kalangan muda. Berbagai komuniats budaya dan seni juga turut hadir dalam kegiatan ini. Mulai dari komunitas pahat, ikat Sunda, mural dan seni lukis. Gelar wicara juga dihadirkan sebagai media diskusi untuk melestarikan budaya dan bisa masuk kelingkaran generasi muda.
Ketua pelaksana Briliando Simarmata mengatakan, festival ini memang bertujuan agar kebudayaan dapat dinikmati oleh semua kalangan dari setiap generasi. Ia juga berharap festival ini menjadi pesta bagi mahasiswa Unsika dalam merayakan kebudayaan. “Elemen mahasiswa itu kalau sudah tahu Karawang pasti larinya ke Sunda, jangan ogah dengan itu. Justru saya juga perantau, datang ke sini oh Sunda itu apa? Bahkan sekarang saya suka musik-musik Sunda, harus berbaur dengan tempat dimana kita tinggal,” pesannya. (cr5)

Comments